BELAJAR
DAN PEMBELAJARAN
PENDEKATAN
CBSA DAN PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES
Dosen
pengasuh : Drs. Imron A Hakim,M.S

Disusun oleh :
Apriana Putri :
06101407003
Faradilla Putri Perdana : 061014070
Roy Sahnul : 061014070
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN
BIMBINGAN
DAN KONSELING
UNIVERSITAS
SRIWIJAYA
2010
BAB
I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pendekatan ini sebenamya telah ada sejak dulu, ialah
bahwa di dalam kelas mesti terdapat kegiatan belajar yang mengaktifkan siswa
(melibatkan siswa secara aktif). Hanya saja kadar (tingkat) keterlibatan siswa
itulah yang berbeda. Kalau dahulu guru lebih banyak menjejalkan fakta,
informasi atau konsep kepada siswa, akan tetapi saat ini dikembangkan suatu
keterampilan untuk memproses perolehan siswa. Kegiatan belajar-mengajar tidak
lagi berpusat pada siswa (student centered).
B.
TUJUAN
Melalui pendekatan CBSA ini diharapkan para guru dapat menumbuhkan keterampilan-keterampilan pada siswa sesuai dengan taraf perkembangannya, sehingga mereka memperoleh konsep. Dengan mengembangkan keterampilan keterampilan memproses perolehan, siswa akan mampu menemukan dan mengembangkan sendin fakta dan kosep serta mengembangkan sikap dan nilai yang dituntut. Proses belajar-mengajar seperti inilah yang dapat menciptakan siswa belajar aktif
BAB II
PERMASALAHAN
1.
Apa pengertian dari Pendekatan CBSA dan Pendekatan Keterampilan Proses
dalam Pembelajaran?
2. Bagaimana Rasionalisasi,
Kadar,Hakikat, Prinsip serta Dimensi, Rambu-Rambu serta Penerapannya pada
Pendekatan CBSA?
3.
Jelaskan PKP sebagai Bagian dari CBSA dari segi Rasionalisasi,
keterkaitannya dengan CBSA, Jenis-jenis serta Penerapannya?
BAB III
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
dari Pendekatan CBSA dan Pendekatan Keterampilan Proses dalam Pembelajaran
CBSA
adalah pendekatan pengajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk
aktif terlibat secar fisik, mental, intelektual, dan emosional dengan harapan
siswa memperoleh pengalaman belajar secara maksimal, baik dalam ranah kognitif,
afektif, maupun psikomotor.
Menurut
Holil (2008) keterampilan proses adalah keterampilan yang diperoleh dari
latihan kemampuan-kemampuan mental, fisik dan sosial yang mendasar sebagai
penggerak kemampuan-kemampuan yang lebih tinggi. Kemampuan-kemampuan mendasar
yang telah dikembangkan dan telah terlatih lama-kelamaan akan menjadi suatu
keterampilan, sedangkan pendekatan keterampilan proses adalah cara memandang
anak didik sebagai manusia seutuhnya. Cara memandang ini dijabarkan dalam
kegiatan belajar mengajar memperhatikan pengembangan pengetahuan, sikap, nilai
serta keterampilan. Ketiga unsur itu menyatu dalam satu individu dan terampil
dalam bentuk kreativitas.
B.
Hakikat,
Prinsip serta Dimensi, Rambu-Rambu serta Penerapannya pada Pendekatan CBSA
Hakekat
dari CBSA adalah proses keterlibatan intelektual-emosional siswa dalam kegiatan
belajar mengajar yang memungkinkan terjadinya:
a.
Proses asimilasi/pengalaman kognitif, yaitu:
yang memungkinkan terbentuknya pengetahuan
b.
Proses
perbuatan/pengalaman langsung, yaitu: yang memungkinkan terbentuknya
keterampilan
c.
Proses
penghayatan dan internalisasi nilai, yaitu: yang memungkinkan terbentuknya
nilai dan sikap
Prinsip-prinsip serta Dimensi CBSA:
Prinsip-Prinsip
CBSA yang nampak pada 4 dimensi sebagai berikut:
a. Dimensi subjek didik :
- Keberanian mewujudkan minat, keinginan, pendapat serta dorongan-dorongan yang ada pada siswa dalam proses belajar-mengajar. Keberanian tersebut terwujud karena memang
direnca nakan oleh guru, misalnya dengan format
mengajar melalui diskusi kelompok, dimana siswa tanpa ragu-ragu mengeluarkani
pendapat.
- Keberanian untuk mencari kesempatan untuk berpartisipasi dalam persiapan maupun tindak lanjut dan suatu proses belajar-mengajar maupun tindak lanjut dan suatu proses belajar mengajar. Hal mi terwujud bila guru bersikap demokratis.
b. Dimensi
Guru
- Adanya usaha dan guru untuk mendorong siswa dalam meningkatka kegairahan serta partisipasi siswa secara aktif dalam proses belajar-mengajar.
- Kemampuan guru dalam menjalankan peranannya sebagai inovator dan motivator.
- Sikap demokratis yang ada pada guru dalam proses belajar-mengajar.
c. Dimensi
Program
- Tujuan instruksional, konsep serta materi pelajaran yang memenuhi kebutuhan, minat serta kemampuan siswa; merupakan suatu hal yang sangat penting diperhatikan guru.
d. Dimensi
situasi belajar-mengajar
- Situasi belajar yang menjelmakan komunikasi yang baik, hangat, bersahabat, antara guru-siswa maupun antara siswa sendiri dalam proses belajar-mengajar.
Rambu-rambu
CBSA :
Yang dimaksud dengan rambu-rambu CBSA adalah perwujudan prinsip-prinsip CBSA yang dapat diukur dan rentangan yang paling rendah sampai pada rentangan yang paling tinggi, yang berguna untuk menentukan tingkat CBSA dan suatu proses belajar-mengajar. Rambu-rambu tersebut dapat dilihat dari beberapa dimensi. Rambu-rambu tersebut dapat digunakan sebagai ukuran untuk menentukan apakah suatu proses belajar-mengajar memiliki kadar CBSA yang tinggi atau rendah. Jadi bukan menentukan ada atau tidak adanya kadar CBSA dalam proses belajar-mengajar. Bagaimanapun lemahnya seorang guru, namun kadar CBSA itu pasti ada, walaupun rendah.
Yang dimaksud dengan rambu-rambu CBSA adalah perwujudan prinsip-prinsip CBSA yang dapat diukur dan rentangan yang paling rendah sampai pada rentangan yang paling tinggi, yang berguna untuk menentukan tingkat CBSA dan suatu proses belajar-mengajar. Rambu-rambu tersebut dapat dilihat dari beberapa dimensi. Rambu-rambu tersebut dapat digunakan sebagai ukuran untuk menentukan apakah suatu proses belajar-mengajar memiliki kadar CBSA yang tinggi atau rendah. Jadi bukan menentukan ada atau tidak adanya kadar CBSA dalam proses belajar-mengajar. Bagaimanapun lemahnya seorang guru, namun kadar CBSA itu pasti ada, walaupun rendah.
a. Berdasarkan pengelompokan siswa :
Strategi belajar-mengajar yang dipilih oleh guru hams disesuaikan dengan tujuan pengajaran serta materi tertentu. Ada materi yang sesuai untuk proses belajar secara individual, akan tetapi ada pula yang lebih tepat untuk proses belajar secara kelompok. Ditinjau dari segi waktu, keterampilan, alat atau media serta perhatian guru, pengajaran yang berorientasi pada kelompok kadang-kadang lebih efektif.
Strategi belajar-mengajar yang dipilih oleh guru hams disesuaikan dengan tujuan pengajaran serta materi tertentu. Ada materi yang sesuai untuk proses belajar secara individual, akan tetapi ada pula yang lebih tepat untuk proses belajar secara kelompok. Ditinjau dari segi waktu, keterampilan, alat atau media serta perhatian guru, pengajaran yang berorientasi pada kelompok kadang-kadang lebih efektif.
b. Berdasarkan kecepatan masing-masing
Pada saat-saat tertentu siswa dapat diberi kebebasan untuk memilih materi pelajaran dengan media pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan mereka masing-masing. Strategi ini memungkinkan siswa untuk belajar lebih cepat bagi mereka yang mampu, sedangkan bagi mereka yang kurang, akan belajar sesuai dengan batas kemampuannya.
Pada saat-saat tertentu siswa dapat diberi kebebasan untuk memilih materi pelajaran dengan media pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan mereka masing-masing. Strategi ini memungkinkan siswa untuk belajar lebih cepat bagi mereka yang mampu, sedangkan bagi mereka yang kurang, akan belajar sesuai dengan batas kemampuannya.
c. Pengelompokan berdasarkan kemampuan :
Pengelompokan yang homogin han didasarkan pada kemampuan siswa. Bila pada pelaksanaan pengajaran untuk pencapaian tujuan tertentu, siswa harus dijadikan satukelompok maka hal mi mudah dilaksanakan. Siswa akan mengembangkan potensinya secara optimal bila berada disekeliling teman yang hampir sama tingkat perkembangan intelektualnya.
Pengelompokan yang homogin han didasarkan pada kemampuan siswa. Bila pada pelaksanaan pengajaran untuk pencapaian tujuan tertentu, siswa harus dijadikan satukelompok maka hal mi mudah dilaksanakan. Siswa akan mengembangkan potensinya secara optimal bila berada disekeliling teman yang hampir sama tingkat perkembangan intelektualnya.
d. Pengelompokkan berdasarkan persamaan minat :
Pada suatu guru perlu memberi kesempatan kepada siswa untuk berkelompok berdasarkan kesamaan minat. Pengelompokan ini biasanya terbentuk atas kesamaan minat dan berorientasi pada suatu tugas atau permasalahan yang akan dikerjakan.
Pada suatu guru perlu memberi kesempatan kepada siswa untuk berkelompok berdasarkan kesamaan minat. Pengelompokan ini biasanya terbentuk atas kesamaan minat dan berorientasi pada suatu tugas atau permasalahan yang akan dikerjakan.
e. Berdasarkan domein-domein tujuan model pembelajaran.
C.
PKP sebagai
Bagian dari CBSA dari segi Rasionalisasi, keterkaitannya dengan CBSA, Jenis-jenis
dari PKP .
Meurut Conny
(1990 : 23) pendekatan keterampilan proses adalah pengembangan sistem belajar
yang mengefektifkan siswa (CBSA) dengan cara mengembangkan keterampilan
memproses perolehan pengetahuan sehingga peserta didik akan menemukan,
mengembangkan sendiri fakta dan konsep serta menumbuhkan sikap dan nilai yang
dituntut dalam tujuan pembelajaran khusus. Dapat diambil kesimpulan bahwa
pendekatan keterampilan proses adalah pendekatan belajar mengajar yang mengarah
pada pengembangan kemampuan dasar berupa mental fisik, dan sosial untuk
menemukan fakta dan konsep maupun pengembangan sikap dan nilai melalui proses
belajar mengajar yang telah mengaktifkan siswa (CBSA) sehingga mampu
menumbuhkan sejumlah keterampilan tertentu pada diri peserta didik.
Jenis- Jenis
Pendekatan Keterampilan Proses Dasar
Khusus untuk
keterampilan proses dasar, proses- prosesnya meliputi keterampilan
mengobservasi, mengklasifikasi, mengobservasi, mengklasifikasikan, mengukur,
mengkomunikasikan, menginferensi, memprediksi, mengenal hubungan ruang dan
waktu, serta mengenal hubungan- hubungan angka.
1.
Keterampilan
Mengobservasi
Keterampilan mengobservasi menurut Esler dan Esler
(1984) adalah keterampilan yang dikembangkan dengan menggunakan semua indera
yang kita miliki untuk mengidentifikasi dan memberikan nama sifat- sifat dari
objek- objek atau kejadian- kejadian. Definisi serupa disampaikan oleh
Abruscato (1988) yang menyatakan bahwa mengobservasi artinya mengunakan segenap
panca indera untuk memperoleh imformasi atau data mengenai benda atau kejadian.
(Nasution, 2007: 1.8- 1.9)
Kegiatan
yang dapat dilakukan yang berkaitan dengan kegiatan mengobservasi misalnya
menjelaskan sifat- sifat yang dimiliki oleh benda- benda, sistem- sistem, dan
organisme hidup. Sifat yang dimiliki ini dapat berupa tekstur, warna, bau,
bentuk ukuran, dan lain- lain.
2.
Keterampilan Mengklasifikasi
Keterampilan
mengklasifikasi menurut Esler dan Esler merupakan ketermpilan yang dikembangkan
melalui latihan- latihan mengkategorikan benda- benda berdasarkan pada (set
yang ditetapkan sebelumnya dari ) sifat- sifat benda tersebut. Menurut
Abruscato mengkalsifikasi merupakan proses yang digunakan para ilmuan untuk
menentukan golongan benda- benda atau kegaitan- kegiatan. (Nasution, 2007 :
1.15)
Bentuk-
bentuk yang dapat dilakukan untuk melatih keterampilan ini misalnya memilih
bentuk- bentuk kertas, yang berbentuk kubus, gambar- gambar hewan, daun- daun,
atau kancing- kancing berdasarkan sifat- sifat benda tersebut. Sistem- sistem
klasifikasi berbagai tingkatan dapat dibentuk dari gambar- gambar hewan dan
tumbuhan (yang digunting dari majalah) dan menempelkannya pada papan buletin
sekolah atau papan panjang di kelas.
3.
Keterampilan Mengukur
Keterampilan
mengukur menurut Esler dan Esler dapat dikembangkan melalui kegiatan- kegiatan
yang berkaitan dengan pengembangan satuan- satuan yang cocok dari ukuran
panjang, luas, isi, waktu, berat, dan sebagainya. Abruscato menyatakan bahwa
mengukur adalah suatu cara yang kita lakukan untuk mengukur observasi.
Sedangkan menurut Carin, mengukur adalah membuat observasi kuantitatif dengan
membandingkannya terhadap standar yang kovensional atau standar non
konvensional. (Nasution, 2007 : 1.20)
Keterampilan
dalam mengukur memerlukan kemampuan untuk menggunakan alat ukur secara benar
dan kemampuan untuk menerapkan cara perhitungan dengan menggunakan alat- alat
ukur. Contoh kegiatan mengukur dengan alat ukur standar/ baku adalah siswa
memperkirakan dimensi linear dari benda- benda (misalnya yang ada di dalam
kelas) dengan menggunkan satuan centi meter (cm), dekameter (dm), atau meter
(m). Kemudian siswa dapat menggunakan meteran (alat ukur, mistar atau
penggaris) untuk pengukuran benda sebenarnya.
4.
Keterampilan Mengkomunikasikan
Menurut
Abruscato (Nasution, 2007: 1.44 ) mengkomunikasikan adalah menyampaikan hasil
pengamatan yang berhasil dikumpulkan atau menyampaikan hasil penyelidikan.
Menurut Esler dan Esler ((Nasution, 2007: 1.44) dapat dikembangkan dengan
menghimpun informasi dari grafik atau gambar yang menjelaskan benda- benda
serta kejadain- kejadian secara rinci.
Kegiatan
untuk keterampilan ini dapat berupa kegiatan membaut dan menginterpretasi
informasi dari grafik, charta, peta, gambar, dan lain- lain. Misalnya siswa
mengembangkan keterampilan mengkomunikasikan deskripsi benda- benda dan
kejadian tertentu secar rinci. Siswa diminta untuk mengamati dan mendeskrifsikan
beberapa jenis hewan- hewan kecil ( seperti ukuran, bentuk, warna, tekstur, dan
cara geraknya), kemudain siswa tersebut menjelaskan deskrifsi tentang objek
yang diamati didepan kelas.
5.
Keterampilan Menginferensi
Keterampilan
menginferensi menurut Esler dan Esler dapat dikatakan juga sebagai keterampilan
membuat kesimpulan sementara. Menurut Abruscato , menginferensi/ menduga/
menyimpulakan secara sementara adalah adalah menggunakan logika untuk memebuat
kesimpulan dari apa yagn di observasi( Nasution, 2007 : 1.49)
Dari
kegiatan ini, siswa akan belajar bahwa akan muncul lebih dari satu jenis
inferensi yang dibuat untuk menjelaskan suatu hasil observasi. Disamping itu
juga belajar bahwa inferensi dapat diperbaiki begitu hasil observasi dibuat.
6. Keterampilan
Memprediksi
Memprediksi
adalah meramal secara khusus tentangapa yang akan terjadi lpada observasi yang
akan datang (Abruscato Nasution, 2007 : 1.55) atau membuat perkiraan kejadian
atau keadaan yang akan datang yang diharapkan akan terjadi (Carin, 1992).
Keterampilan memprediksi menurut Esler dan Esler adalah keterampilan
memperkirakan kejadian yang akan datang berdasarkan dari kejadian- kejadian
yang terjadi sekarang, keterampialn menggunakna grafik untuk menyisipkan dan
meramalkan terkaan- terkaan atau dugaan- dugaan. (Nasution, 2007 : 1.55)
7.
Keterampilan Mengenal Hubungan Ruang dan Waktu
Keterampilan
mengenal hubungan ruang dan waktu menurut Esler dan Esler meliputi keterampilan
menjelaskan posisi suatu benda terhadap lainnya atau terhadap waktu atau
keterampilan megnubah bentuk dan posisi suatu benda setelah beberapa waktu.
Sedangkan menurut Abruscato menggunakan hubungan ruang- waktu merupakan
keterampilan proses yan gberkaitan dengan penjelasan- penjelasan hubungan-
hubunagn tentang ruang dan waktu beserta perubahan waktu.
8.
Keterampilan Mengenal Hubungan Bilangan- bilangan
Keterampilan
mengenal hubungan bilangan- bilangan menurut Esler dan Esler meliputi kegaitan
menemukan hubungan kuantitatif diantara data dan menggunakan garis biangan
untuk membuat operasi aritmatika (matematika).
BAB
IV
PENUTUP
KESIMPULAN
Pendekatan
CBSA menuntut keterlibatan mental vang tinggi sehingga terjadi proses-proses
mental yang berhubungan dengan aspek-aspek kognitif, afektif dan psikomolorik.
Melalui proses kognitif pembelajar akan memiliki penguasaan konsep dan prinsip.
Konsep CBSA yang dalam bahasa Inggris disebut Student Active Learning (SAL)
dapat membantu pengajar meningkatkan daya kognitif pembelajar. Kadar aktivitas
pembelajar masih rendah dan belum terpogram. Akan tetapi dengan CBSA para
pembelajar dapat melatih diri menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan kepada
mereka. Tidak untuk dikerjakan di rumah tetapi dikerjakan dikelas secara
bersama-sama.
Pendekatan keterampilan proses dapat diartikan
sebagai wawasan atau anutan pengembangan keterampilan- keterampilan
intelektual, sosial dan fisik yang bersumber dari kemampuan- kemampuan mendasar
yang prinsipnya telah ada dalam diri siswa (DEPDIKBUD, dalam Moedjiono, 1992/
1993 : 14)
Keterampilan proses dasar, meliputi keterampilan
mengobservasi, mengklasifikasi, mengobservasi, mengklasifikasikan, mengukur,
mengkomunikasikan, menginferensi, memprediksi, mengenal hubungan ruang dan
waktu, serta mengenal hubungan- hubungan angka.
DAFTAR
PUSTAKA
Moedjiono dan Moh. Dimyati. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta:
DEPDIKBUD&Rineka Cipta
thank you
BalasHapussaya boleh copy yah??